Anak alergi kerap dijumpai, namun tidak semua orangtua memahami apa dan tindakan yanag harus dilakukan agar tidak mengganggu tumbuh kembang anak. Banyak faktor yang menyebabkan alergi anak. Anak dengan orangtua atau salah satu orangtua punya riwayat alergi, memiliki bakat yang lebih besar. Bahkan anak yang kedua orantua tidak punya riwayat penyakit alergi pun bisa terkena alargi dengan prosentase 15 persen.
Anak-anak dengan faktor risiko tidak toleran terhadap protein susu sapi memerlukan upaya penanganan sejak dini untuk optimalisasi tumbuh-kembang anak dan pencegahan dampak jangka panjang. Salah satu upaya penanganan sejak dini yang paling penting adalah pemberian nutrisi awal kehidupan yang tepat, yaitu nutrisi yang mudah dicerna dan well toletared bagi anak-anak yang tidak toleran terhadap protein susu sapi.
Sedangkan bagi anak yang telah terkena alergi dibutuhkan nutrisi yang dapat menekan sensitisasi (tingkat alergi), aman, dan dapat memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Demikian pokok kesimpulan dari diskusi Nutritalk yang di selenggarakan hari ini oleh Sarihusada.
Nutritalk kali ini mengambil tema ‘Early Life Nutrition: Dasar-dasar dan Pedoman Praktis Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak dengan Alergi Protein Susu Sapi’, yang membahas mengenai pentingnya menyadari faktor risiko alergi pada anak, mengenali gejala-gejala alergi, dan menyadari peran penting nutrisi yang tepat di awal kehidupan bagi optimalisasi tumbuh kembang anak dengan alergi protein susu sapi.
Diskusi menghadirkan pembicara ahli DR. Dr. Anang Endaryanto, SpA(K), Ahli Alergi Imunologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo, dan DR.Dr.Ahmad Suryawan, SpA(K), Ketua Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSU Dr. Soetomo.
Dr. Anang Endaryanto, SpA(K) mengatakan, “Anak-anak dengan kedua orang tua memiliki riwayat alergi memiliki risiko alergi sebesar 40%-60%. Risiko ini lebih besar lagi pada anak-anak dengan kedua orang tua yang memiliki riwayat alergi dan manifestasi sama, yaitu sebesar 60%-80%.”
Anak dengan salah satu orang tua memiliki riwayat alergi berisiko mengalami alergi sebesar 20%-30%. Jika saudara memiliki riwayat alergi, anak berisiko mengalami alergi sebesar 25%-30%. Bahkan anak dengan orang tua yang tidak memiliki riwayat alergi pun berisiko mengalami alergi sebesar 5%-15%.
“Sebesar apapun risiko alergi yang dimiliki anak, penanganan sedini mungkin perlu ditempuh, sehingga anak terhindar dari dampak jangka panjang alergi dan tumbuh kembang tidak terhambat. Penanganan tersebut adalah mengenal gejala alergi, alergen pemicu, dan memantau asupan nutrisi,” tambah DR. Dr. Anang Endaryanto, SpA(K).
Dr. Anang Endaryanto, SpA(K) menjelaskan, bahwa penyakit alergi timbul karena sistem imun anak memiliki sensitivitas yang berlebihan terhadap protein asing yang bagi individu lain tidak berbahaya. Anak-anak dengan risiko alergi protein susu sapi akan memberikan reaksi abnormal terhadap asupan nutrisi yang mengandung protein susu sapi karena interaksi antara satu atau lebih protein susu dengan satu atau lebih mekanisme kekebalan tubuh.
DR.Dr.Ahmad Suryawan, SpA(K) memaparkan, “Nutrisi dan stimulasi adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam membentuk kecerdasan anak pada masa tumbuh kembang dan bagian pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua. Kedua faktor ini harus diperhatikan dengan baik di periode sensitif terutama di masa kristis yang terjadi sejak dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun. Pada masa ini anak harus diberikan nutrisi yang tepat.”
“Nutrisi yang tepat adalah nutrisi yang dapat mendukung tumbuh kembang optimal, namun harus dapat ditoleransi oleh anak sesuai kondisi dan kebutuhan pada setiap tahapan usia.
Pada awal kehidupan ada asupan nutrisi tertentu, yang sebenarnya mengandung gizi yang dibutuhkan untuk mendukung tumbuh-kembang yang optimal, namun tidak bisa ditoleransi oleh anak-anak dengan risiko alergi,” tuturDR.Dr.Ahmad Suryawan, SpA(K).
DR.Dr.Ahmad Suryawan, SpA(K) menambahkan ,”Apabila seorang anak sampai terkena alergi maka hal ini bias mempengaruhi status kesehatannya sehingga kedepannya bisa juga mempengaruhi kualitas hidupnya seperti pada perilakusosial, performa sekolah dan prestasi akademiknya.”
“Dibutuhkan intervensi nutrisi yang tepat bagi anak-anak dengan risiko alergi, sehingga anak terhindar dari alergen pemicu, tapi tetap memperoleh nutrisi yang dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang yang optimal. Intervensi nutrisi yang dapat dilakukan terhadap anak-anak dengan risiko tidak toleran terhadap protein susu sapi salah satunya adalah pemberian nutrisi dengan protein terhidrolisasi parsial,” tambah DR.Dr.Ahmad Suryawan, SpA(K). imm
No comments:
Post a Comment