Di Jatim pada Maret 2016 Sebesar 0,04 Persen
SURABAYA – Pada Maret 2016, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur mencatat inflasi mencapai 0,04 persen. Penyumbang tertinggi dari kelompok sandang, baik sandang laki-laki atau perempuan.
Kepala BPS Jatim Teguh Pramono, mengatakan inflasi tertinggi terjadi di Kota Kediri sebesar 0,09 persen, diikuti Madiun 0,08 persen, Kabupaten Jember 0,07 persen, Kota Surabaya 0,06 persen, serta Kabupaten Banyuwangi 0,03 persen, dan Kota Malang 0,02 persen.
"Untuk deflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Sumenep sebesar 0,27 persen dan deflasi terendah terjadi di Kota Probolinggo sebesar 0,08 persen," ucap Teguh Jumat (01/04).
Teguh mengatakan dari tujuh kelompok pengeluaran di Jawa Timur, lima kelompok pengeluaran mengalami inflasi dan dua kelompok pengeluaran mengalami deflasi, dan kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah sandang sebesar 0,68 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,37 persen.
Kemudian, disusul kelompok kesehatan sebesar 0,27 persen, kelompok bahan makanan sebesar 0,09 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 0,07 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,44 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,06 persen.
"Untuk komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi di Jawa Timur adalah bawang merah, cabai rawit, emas perhiasan, bawang putih, rokok kretek filter, tomat sayur, cabai merah, kangkung, bayam, dan apel," katanya.
Sedangkan komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi adalah daging ayam ras, telur ayam ras, beras, angkutan udara, bensin, tarif listrik, kentang, pasir, daging ayam kampung, dan wortel.
Teguh mengatakan dari total 6 ibu kota provinsi di Pulau Jawa, seluruhnya mengalami inflasi, dan tertinggi terjadi di Kota Semarang sebesar 0,39 persen, diikuti Kota Serang sebesar 0,29 persen, Kota Bandung sebesar 0,20 persen, Kota Jakarta sebesar 0,15 persen, serta Kota Surabaya sebesar 0,06 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Yogyakarta sebesar 0,02 persen.
Sementara itu terkait turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) per 1 April 2016, Teguh mengaku belum berdampak karena masih baru, dan penyesuaian harga BBM hanya berimbas pada faktor psikologis.
"Ini berbeda ketika harga BBM naik, harga kol, cabe langusng naik, padahal secara langsung tidak berhubungan dengan penananman cabai dan kol. Hal ini memang dikarenakan faktor psikologis petani yang melihat harga BBM naik kemudian menaikkan harga barang-barangnya," ucapnya.(end/ara)
No comments:
Post a Comment