Wednesday 30 March 2016

Archipelago Siap Tambah Hotel Budget

SURABAYA - Persaingan yang sangat ketat dan perang hargaantar hotel tidak menyurutkan Archipelago International untuk tetap ekspansi membuka hotel budget dan bintang di Indonesia termasuk di Jawa Timur. Saat ini tercatat 38 jaringan hotel Archipelago yang sudah beroperasi di Indonesia, satu diantaranya di Surabaya yakni Fave Hotel Rungkut.

Franciska Savitri National Sales Manager-NSO Surabaya didampingi Dina Yudhari, Regional Marketing & Communication Manager Archipelago mengatakan optimis kebutuhan hotel di Indonesia tetap tinggi. Meski saat ini banyak hotel baru beroperasi, kebutuhan tetap tinggi.

“Archipelago tetap membuka hotel budget dan bintang di Indonesia. Hingga akhir 2016 ini setidaknya ada 42 hotel yang akan dioperasikan,” jelasnya kemarin.


Franciska menambahkan hingga akhir 2018 target Archipelagi akan mengoperasikan 100 hotel budget dan bintang di Indonesia. dimana sebarannya tidak hanya fokus di pula Jawa, melainkan di seluruh Indonesia di daerah potensial.

Sementara menurut Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur, M Soleh mengakui persaingan hotel sangat tinggi ditambah perang harga sehingga hotel tidak memiliki kejelasan harga sehingga pengaruhi terhadap hotel itu sendiri.

”Kalau dulu itu ada ring, untuk ring hotel bintang 5 harga Rp 1 juta  - Rp2 juta, ring bintang 4 harga Rp700 ribu  - Rp 1 juta. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi ring karena sudah ada larangan menentukan harga antar hotel,” jelas Soleh.

Dimana Asosiasi dilarang menentukan harga antar hotel dan yang berhak menentukan adalah konsumen itu sendiri. “Ada larangan dari KPPU, Assosiasi yang beranggota pemilik hotel tidak boleh menentukan harga dan bisa dikategorikan sebagai kartel,” terangnya.

Soleh menambahkan, untuk itu banyak yang salah menyalahkan baik antar hotel budget dengan hotel bintang terhadap rate yang dipatok. “Karena kondisi perhotelan sekarang kurang sehat sehingga merugikan, terbukti okupansi sampai dengan hari ini masih dikisaran 50%,” tandasnya.


Sementara harga tetap karena adanya perang tarif, biaya naik seperti UMK, bahan pangan, transportasi sehingga merugikan pihak industri. “Banyak yang menderita kerugian sebab untuk menutup biaya operasional saja tidak cukup akhirnya mereka bertarung di harga,” katanya. imm

No comments:

Post a Comment