Jember Fashion Carnaval
Jember Fashion Carnaval (JFC) sudah menjadi magnet bagi semua orang. Saat gelaran ajang ini setiap tahunnya, Jember selalu dipenuhi wisatawan lokal dan mancanegara. Pada gelaran tahun ini, orang nomor satu di Republik ini, dijadwalkan akan hadir.
Presiden Joko Widodo bersama ibu Iriana dan sejumlah menteri dijadwalkan menghadiri kegiatan karnaval kelas dunia yakni Jember Fashion Carnaval (JFC) di alun-alun Kabupaten Jember, Sabtu (28/08) mendatang.
"Kami mendapat informasi dari Bupati Jember Faida, Pak Presiden Joko Widodo rencananya akan datang ke Jember dengan kegiatan salah satunya hadir dalam grand karnaval JFC," kata Presiden JFC, Dynand Fariz.
Menurut dia, persiapan kegiatan JFC sudah dilakukan secara maksimal karena parade busana yang digelar setiap tahun tersebut menduduki peringkat empat dunia untuk karnaval terunik dan terheboh setelah Mardi Gras (Amerika Serikat), Rio De Jeneiro (Brazil), dan The Fastnacht (Koln, Jerman).
"Tidak ada persiapan khusus untuk menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo karena seluruh manajemen dan talent peserta JFC selalu menampilkan yang terbaik setiap tahunnya," tuturnya.
Yang menjadi beda dengan karnaval mode pada umumnya adalah busana yang digunakan oleh peserta JFC merupakan hasil rancangannya sendiri, dibuat dengan dana sendiri, dan diperagakan sendiri, sehingga masing-masing peserta harus berpikir kreatif untuk menciptakan busana yang unik dan spektakuler sesuai dengan tema defile.
"Ada sebanyak 2.000 peserta baik itu peserta JFC Kids sampai Grand Carnaval yang akan memberikan penampilan terbaiknya dalam kegiatan JFC ke-15 tahun ini," ujarnya.
Ia menjelaskan tahun ini Jember Fashion Carnaval telah memasuki tahun ke-15 dengan tema utama "Revival" atau kebangkitan Indonesia di berbagai bidang, dengan sub tema Garuda, Hortus, Technocyber, Woods, Paradisaea, Refugees, Ocean, Chandelier, Olympic dan Barong.
"Rangkaian kegiatan JFC akan diselenggarakan pada tanggal 24-28 Agustus 2016 di Jember, sehingga masyarakat akan dibuat terpukau kemegahan dan kehebohan dari maha karya anak bangsa JFC," ucap peraih penghargaan Best National Costume Miss Supranational 2014.
Setiap even JFC, lanjutnya, selalu ada defile yang mengangkat budaya atau kesenian tradisional Indonesia sebagai bentuk promosi budaya Indonesia kepada dunia dan tentunya memiliki pesan kepada dunia internasional.
"Tahun ini budaya Barong dari Bali yang mewakili budaya Indonesia yang dikemas dalam even JFC, sehingga seni dan busana yang cukup unik dengan budaya Barong akan ditampilkan para peserta," katanya.
Sebelumnya Bupati Jember Faida kepada sejumlah wartawan mengatakan Presiden Joko Widodo bersama ibu Iriana Joko Widodo dan beberapa menteri dijadwalkan akan mengunjungi Kabupaten Jember. "Rencananya Pak Presiden Jokowi akan menghadiri salah satu acara televisi 'Mata Najwa' dan kegiatan JFC," tuturnya.
Dapat Anggaran Rp1 Miliar
Kegiatan JFC yang menjadi agenda tahunan sebagai parade busana unik kelas dunia tersebut mendapat anggaran dari APBD Jember tahun 2016 sebesar Rp1 miliar. "Tahun ini bantuan yang diberikan Pemkab Jember kepada JFC sama dengan tahun lalu yakni sebesar Rp1 miliar, namun hingga kini anggaran tersebut masih belum cair," kata Vice President JFC Suyanto.
Menurut dia, kegiatan JFC tahun 2016 tidak menggunakan promotor seperti pada tahun lalu karena pihak promotor mengalami kerugian yang cukup besar akibat pengeluaran untuk kegiatan JFC tidak sebanding dengan penjualan tiket penonton.
"Pada kegiatan JFC ke-14 tahun 2015 pengeluaran yang dilaporkan promotor mencapai Rp4,7 miliar, namun pendapatan hasil penjualan tiket hanya ratusan juta saja. Kerugian itu bukan pada kami karena semua ditanggung pihak promotor," tuturnya.
Ia mengatakan pihak manajemen JFC benar-benar melakukan seleksi yang cukup ketat terhadap pihak-pihak sponsor yang ingin mendanai kegiatan bertaraf internasional itu, sehingga tidak mudah menerima tawaran sponsor karena dapat berpengaruh pada pemberitaan sejumlah media.
"Biasanya teman-teman media tidak mau kalau gambarnya bocor gara-gara banyak atribut sponsor yang terpasang di area parade busana unik dan spektakuler itu, sehingga kami berusaha semaksimal mungkin untuk profesional," tambahnya.
Suyanto mengatakan Jember Fashion Carnaval tahun ini mengangkat tema utama "Revival" atau kebangkitan Indonesia di berbagai bidang, dengan sub tema Garuda, Hortus, Technocyber, Woods, Paradisaea, Refugees, Ocean, Chandelier, Olympic dan Barong. "Rangkaian kegiatan JFC akan diselenggarakan pada tanggal 24-28 Agustus 2016 di Jember dengan jumlah peserta sekitar 1.500 orang yang terdiri dari talent mulai anak-anak TK, pelajar, dan dewasa," tuturnya.
Sementara Wakil Ketua DPRD Jember Ayub Junaidi mengatakan bantuan dana yang diberikan kepada JFC sebesar Rp1 miliar merupakan anggaran yang cukup besar karena hal tersebut sempat membuat iri sejumlah organisasi kemasyarakatan.
"Ada yang sempat protes dengan besarnya bantuan yang diberikan kepada JFC, sedangkan ormas lain hanya mendapatkan ratusan juta saja," ucap politisi Partai Kebangkitan Bangsa (JFC) itu.
Jadikan Jember Kota Karnaval Dunia
Dulu, Kota Jember adalah kota kecil yang kurang dikenal, namun kini dicatat sebagai kota karnaval ke-4 dunia. Kini, parade busana (fashion) yang dipadukan dengan seni (art) dapat menjadi sebuah ikon karnaval yang menarik perhatian wisatawan domestik dan mancanegara, bahkan JFC menjadi salah satu inspirasi pagelaran karnaval di beberapa daerah.
"JFC merupakan bukti dahsyatnya karnaval sebagai 'city branding' dan dengan kegiatan JFC yang semakin eksis maka diharapkan Jember dikenal sebagai kota karnaval dunia semakin berkibar," ucap Dynand Fariz.
Dengan otonomi daerah memungkinkan setiap kota/kabupaten menggali potensi yang dimiliki dengan tujuan meningkatkan kemakmuran daerahnya, sehingga masing-masing daerah harus memiliki keunggulan yang belum dimiliki oleh daerah lain.
"Karnaval busana dengan mengangkat tema budaya Nusantara dan tidak terlepas dengan tren dunia tidak dimiliki oleh daerah lain bahkan di dunia pun belum ada yang mengangkat potensi itu, sehingga JFC hadir untuk menyuguhkan kreatifitas yang spektakuler itu," tutur desainer peraih "Best Nasional Kostum Miss International 2014" itu.
Ya... JFC telah berhasil meraih peringkat empat dunia untuk karnaval terunik dan terheboh setelah Mardi Gras (Amerika Serikat), Rio De Jeneiro (Brazil), dan The Fastnacht (Koln, Jerman).
Siapa yang mengira JFC akan menjadi karnaval yang mengundang perhatian dunia karena sebenarnya konsep tersebut berawal dari rumah mode Dynand Fariz yang yang menyelenggarakan "Pekan Mode Dynand Fariz pada 2001" dengan mewajibkan seluruh karyawan harus berpakaian sesuai dengan trend fesyen dunia.
Akhirnya, ide pun berkembang dan setahun kemudian yakni pada tahun 2002, Pekan Mode Dynand Fariz digelar dengan cara berkeliling kampung dan alun-alun kota Jember. Dari acara tersebut muncul gagasan untuk menggelar Jember Fashion Carnaval yang direalisasikan bersamaan dengan HUT Kota Jember dengan tema busana Cowboy, Punk, dan Gypsi.
Tahun 2015, JFC sudah digelar 14 kalinya dan tema utama JFC ke-14 yakni "Outframe" yang menampilkan sebanyak 10 defile yang terinsiprasi dari budaya Nusantara dan budaya di dunia.Ke-10 defile dalam karnaval sepanjang 3,6 kilometer yakni defile Majapahit, Ikebana, Fossil, Parrot, Circle, Pegasus, Lionfish, Egypt, Melanesia dan Reog.
Setiap even JFC selalu ada defile dengan mengangkat budaya atau kesenian tradisional Indonesia sebagai bentuk promosi budaya Indonesia kepada dunia dan tentunya memiliki pesan kepada dunia internasional. "JFC ke-14 ini kami menghadirkan Kejayaan Kerajaan Majapahit dan kesenian tradisional Reog Ponorogo yang dikemas dalam busana dan seni yang luar biasa," tukasnya.
Yang menjadi pembeda dengan karnaval mode pada umumnya adalah busana yang digunakan oleh peserta JFC merupakan hasil rancangannya sendiri, dibuat dengan dana sendiri, dan diperagakan sendiri, sehingga masing-masing peserta harus berpikir kreatif untuk menciptakan busana yang unik dan spektakuler sesuai dengan tema defile.
"JFC merupakan even yang luar biasa dan memiliki kreatifitas yang cukup tinggi dalam menampilkan kostum setiap defile. Sangat luar biasa untuk dibidik kamera," kata salah seorang fotografer asing dari Singapura, Hans.
Baginya, beragam kostum yang mencerminkan sejumlah budaya Indonesia dan beberapa negara di dunia memiliki memiliki beragam warna yang sangat unik untuk diabadikan.
"Saya datang ke Jember hanya untuk berburu foto di JFC dan WACI karena sebelumnya saya tidak tahu kota Jember ini," tuturnya dalam Bahasa Inggris.
Decak kagum juga datang dari fotografer asal Malaysia, Hamni. Ia mengaku tertarik memotret busana yang digunakan para peserta JFC karena sangat unik yang memiliki perpaduan tradisional dengan modern.
"Jauh-jauh saya datang ke Jember ingin membidik para talent yang memperagakan kostum mereka yang luar biasa karena di Malaysia karnaval seperti ini masih belum ada," katanya dengan menggunakan bahasa Melayu.
Alhasil.. JFC telah mengharumkan nama Jember di kancah internasional. Melalui JFC, Jember menjadi contoh riil revitalisasi karnaval di Indonesia, karnaval yang dikemas dengan baik dengan mengangkat warisan budaya dapat dijadikan salah satu destinasi dunia yang berdampak kepada pembangunan ekonomi kreatif dan pariwisata daerah. (ara/bbs)
No comments:
Post a Comment