Thursday, 25 August 2016

Gus Mus: Beragama Jangan Dipersulit

  • Dai Harus Miliki Ruhuddakwah

MALANG-Islam di Indonesia saat ini lebih banyak memperlihatkan wajah marah daripada ramah. Mengapa begitu? Hal ini karena esensi dakwah telah menghilang dan luput dari karakter pendakwah Muslim di negeri ini. Demikian pesan KH Mustofa Bisri (Gus Mus) dalam Silaturahmi dan Tausyiah di Masjid Universitas Negeri Malang (UM), kemarin.

Dalam agenda ini, mustasyar PBNU ini didampingi Rektor Universitas Negeri Malang (UM) Ah. Rofi'uddin dan segenap jajaran pimpinan kampus UM, serta guru besar, dosen dan pengurus NU Kota Malang dan Kabupaten Malang.
Dalam ceramahnya, Gus Mus menyampaikan pentingnya ruhuddakwah (semangat mengajak), yang harus dimiliki oleh ustadz, pendakwah, dan segenap umat Muslim negeri ini. "Di antara krisis umat Islam adalah krisis ruhud-dakwah," terangnya.
Menurut Gus Mus, hilangnya ruh dakwah akan menjadikan pesan Islam menjadi melenceng dari apa yang diperintahkan Allah. Gus Mus juga mengecam para pendakwah yang bersikap keras dan cenderung main hakim sendiri, tanpa ada ajakan dengan kedamaian dan rahmat.
"Semua sedang berjalan menuju Allah. Ada yang mampir, ada yang bergeser. Tapi semua belum sampai ke tujuan. Jika masih di jalan, tapi belum sampai kok disikat," ujar Gus Mus, di hadapan ribuan mahasiswa dan dosen.
Lebih lanjut, Gus Mus menjelaskan bahwa Rasulullah Muhammad diutus untuk berdakwah dan mengajarkan cinta, bukan melaknat manusia. "Buitstu daa'iyan, saya diutus untuk berdakwah bukan melaknat. Itulah ungkapan Nabi Muhammad," kisah Gus Mus.
Dalam esensi dakwah dengan cinta, Nabi Muhammad senantiasa bersabar dan terus mengajak kepada kebaikan, meski dibalas musuhnya dengan kejam. Namun, kesabaran Nabi Muhammad membuahkan hasil dengan Islam yang berkembang pesat.
"Kalian tahu siapa Khalid bin Walid? Khalid bin Walid itu anaknya Walid al-Mughirah, yang merupakan tokoh yang memusuhi Nabi Muhammad. Kalian mengenal Hindun? Perempuan bernama Hindun, istrinya Abu Sufyan, yang dahulu pernah memakan jantungnya Sayyidina Hamzah, di perang Uhud. Setelah masuknya Islam, Hindun sangat mencintai Nabi Muhammad, sebagai pujaan dan panutan," terang Gus Mus.
Gus Mus mengimbau kepada umat Muslim, khususnya pendakwah agar memahami bab tobat. Ia mengatakan bahwa tobat itu sampai pada akhir hayat, sebelum nyawa dicabut, setiap manusia bisa bertobat.
"Sunan Kalijaga ketika masih menjadi Brandal Lokajaya, itu merupakan begal. Kalau pada masa itu Sunan Bonang bersikap keras, maka ya tidak ada Sunan Kalijaga," kisah Gus Mus.
Dalam taushiyahnya, Gus Mus mengimbau agar umat Muslim mengedepankan akhlak dan memudahkan kesulitan. "Yuriidu bikumul yusra walaa yuriidu bikumul 'usra. Allah menghendaki kalian gampang, dan tidak menghendaki kalian sulit. Allah itu tidak ingin kita itu sulit, kok kita malah mempersulit," terang Gus Mus.
Gus Mus menambahkan bahwa beragama itu seharusnya menjadi kenikmatan. "Beragama itu harusnya enak, tapi kok sekarang malah dipersulit? Islam itu harusnya rahmatan lil 'alamin (kasih sayang bagi seluruh alam), tapi kayaknya malah jadi la'natan lil 'alamiin (laknat bagi seluruh alam)," jelas Gus Mus.
Dalam agenda ini, Gus Mus berpesan kepada mahasiswa dan akademisi untuk teguh mengaji, tekun belajar, dan memberi kontribusi pada NKRI. Ia juga berharap agar kampus UM menjadi universitas yang memberi manfaat pada kehidupan, dan turut berkontribusi pada kebaikan Indonesia. * nuo

No comments:

Post a Comment