Friday 26 February 2016

PBNU Ajak Jihad Lawan Narkoba

JAKARTA– Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyerukan kepada semua umat Islam di Jakarta, maupun di seluruh daerah di Indonesia, melakukan jihad melawan narkoba. Karena peredaran narkoba di Indonesia sudah sangat memprihatinkan dengan semakin banyaknya pengguna narkoba di berbagai kalangan.
Ketua PBNU Dr H Marsudi Syuhud mengatakan, melakukan jihad tidak perlu pergi ke luar negeri, tetapi berjihad juga bisa dilakukan di Indonesia. Saat ini yang diperlukan Indonesia adalah jihadmelawan narkoba.

“Kita harus jihad melawan narkoba. Nggak perlu kita ke Suriah, Pakistan, Palestina. Nggak perlu kita ikut ISIS untuk berjihad. Tetapi dengan jihad melawan narkoba, kita juga sudah menjadi mujahid,” kata Marsudi yang turut hadir dalam acara Pemusnahan Barang Bukti Narkotika dan Kampanye Stop Narkoba di Tempat Hiburan di Lapangan Parkir di Jalan Cengkeh, Tamansari, Jakarta Barat, Jumat (26/2).
Alasan melakukan jihad, lanjut dia, karena narkoba akan membunuh individu-individu dan masyarakat yang ada di sekitarnya. Narkoba mengancam kehidupan generasi penerus bangsa yang akan membuat bangsa Indonesia kehilangan “gigi” dalam kancah dunia internasional.
“Kami menginstruksikan untuk terus waspada menjaga lingkungannya, keluarganya, bangsanya, umatnya, dan seluruh penduduk Indonesia. Khususnya umat muslim yang mencapai 12,9 persen dari total umat muslim di dunia, agar selamat dari bahaya narkoba,” ujarnya.
Bila negara Indonesia bisa memberantas narkoba hingga ke akarnya, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang disegani bangsa-bangsa di dunia. “Insya Allah, pejuang-pejuang melawan narkoba akan masuk surga,” tegasnya.
Untuk diketahui, Badan Narkotika Nasional (BNN) memusnahkan barang bukti narkotika 110.295,6 gram (110 kg) di Kelurahan Taman Sari, Jakarta Barat, hari ini. Pemusnahan barang bukti narkotika ini dihadiri Ketua BNN Budi Waseso, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, Ketua PBNU Dr KH Marsudi Syuhud dan Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi.
Berdasarkan data BNN, 110 kilogram narkotika yang dimusnahkan kemarin terdiri dari 97,15 kilogram sabu ditemukan dalam genset, 3,03 kilogram sabu dari gulungan kain, 8,65 kilogram asal Cina dan 1,59 sabu dari Malaysia.
Pemusnahan dilakukan di tempat hiburan malam di sekitar Kota Tua, Jakarta Barat. “Kita sudah dapatkan penetapan dari pengadilan,” kata Budi Waseso di lokasi.
Pria yang akrab disapa Buwas ini menuturkan, barang bukti yang dimusnahkan berasal dari pengungkapan jaringan pengedar dari Pakistan sekitar Januari 2016. Dari negeri itu kemudian dibawa ke Tiongkok dan masuk ke Indonesia. “Ini didapat dari Jepara, Jawa Tengah,” ujar Buwas.
Buwas juga mengungkapkan, sebagian besar bahan baku sabu yang dimusnahkan tidak mudah ditemukan di dalam negeri. Hampir semua bahan pembuatan sabu itu merupakan impor.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengapresiasi pemilihan tempat pemusnahan di sekitar sejumlah tempat hiburan malam. Sebab, Djarot menyesalkan masih ada pengusaha tempat hiburan malam yang membiarkan adanya pesta dan transaksi narkoba di tempat usahanya. “Pak Buwas, dikira kita main-main (mengancam tutup),” ujar Djarot.
Kepada semua pengusaha hiburan malam, Djarot kembali meminta agar pengusaha mematuhi imbauan keras itu. Djarot mengancam penutupan tempat usaha, jika masih ada pengusaha yang membandel.
“Saya meminta, menginstruksikan dan memaksa agar tempat hiburan tidak dijadikan tempat transaksi dan pesta narkoba. Apabila masih ada tempat hiburan tersebut (yang bandel), Pemerintah Daerah DKI tidak akan ragu-ragu mencabut izin dan menutup tempat hiburan tanpa terkecuali,” ancam Djarot.
Jurus “Trisula”
Secara terpisah, Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri Komjen Pol Anang Iskandar mengatakan, ada tiga hal penting dalam melawan sekaligus memberantas peredaran narkotika di Indonesia. Dia menyebut tiga hal penting itu dengan istilah trisula.
“Satu pemberantasan bandarnya ‘dilecek-lecek’, dipenjara kemudian dimiskinkan,” kata Anang di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (26/2).
Kedua, kata Anang, sekitar empat juta orang yang mengonsumsi narkoba harus disembuhkan dengan cara direhabilitasi. Sementara yang ketiga, untuk warga Indonesia yang belum pernah merasakan barang haram itu harus dicegah dan dibentengi.
“Coba bayangkan kalau tidak ada pengguna narkoba di Indonesia, sembuh mendadak, ada enggakperedaran narkoba ke Indonesia?” ujar dia.
“Bayangkan yah empat juta orang tahu-tahu sembuh mendadak enggak ada yang mengonsumsi narkoba, ada enggak yang jualan di Indonesia? Enggak ada pasarnya, nah pemikiran itulah yang harus dimiliki seluruh komponen bangsa ini,” tambahnya.
Disinggung poin kedua yaitu, penyembuhan akan memakan banyak biaya, mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) ini dengan tegas menyatakan, uang tidak sebanding dengan kesehatan masyarakat Indonesia.
“Tidak ada yang mahal untuk menyembuhkan, memulihkan agar warga negara tidak terjerumus ke jurang yang lebih dalam,” pungkas Anang. meo, tri, mer

No comments:

Post a Comment