Pasuruan- Tiga ruang kelas IX SMPN 11 Kota Pasuruan atapnya ambruk pada Senin (28/3) sekitar pukul 06.00 WIB, diduga akibat penyangga kerangka atapnya tidak kuat menahan beban. Disamping itu ada dugaan lain karena kontruksinya tidak sesuai dengan spek yang telah ditentukan. Meski kerangka terbuat dari alumunium tebal, namun realitanya tak kuat menahan beban meski tak ada puting beliung. Tentu saja umur konstruksi atap sekitar 1,3 tahun menimbulkan teka teki warga.
Beruntung tak ada siswa di kelas yang berada di bagian tingkat dua tersebut.
Dari peristiwa itu menuai isu yang negatif, lantaran umur konstruksinya baru setahun lebih. Bahkan sebagian warga menilai karena pemasangan kontruksinya hanya asal asalan saja. " Jujur saja kontruksi atap yang umurnya setahun lebih sudah ambruk. Tapi ada 8 bangunan yang sama dengan umurnya dua tahunan lebih, tapi masih kokoh, " ujar Khusaeri, pemerhati pendidikan, Rabu (30/3).
Menurutnya agar kejadian itu dievaluasi. Sebab dengan ambruknya atap ini jelas mengganggu proses belajar mengajar di SMPN 11 tersebut. " Semestinya hal itu ada upaya konkrit dari pihak terkait untuk menyelidikinya agar bisa diketahui kejelasannya. Apakah kontruksinya sesuai dengan bestek atau tidak, itu kewajiban pihak Kepolisian. Sehingga dengan adanya penyelidikan itu akan jelas. Sebab dalam hal ini yang bertanggung jawab adalah pihak sekolah sendiri, " terangnya.
Sementara itu, Kepala SMPN 11 Kota Pasuruan, Isnardi mengatakan, ruang kelas yang roboh itu digunakanbuntuk kelas IX. Menurutnya, ruang kelas berlantai dua itu dibangun pada tahun 2014. Kemdian mulai dioperasikan pada tahun 2015. Pembangunan tersebut memakan anggaran sebesar Rp 227 juta dari Dana Alokasi Khusus (DAK). " Beruntung saat kejadian tidak ada siswa dalam kelas. Saat itu yang ada hanya penjaga sekolah. Namun saat kejadian, dia sudah keluar, " jelas Isnardi pada wartawan.
Ambruknya atap ruang kelas tersebut ternyata mengganggu pelaksanaan ujian akhir semester. Sebab, siswa kelas IX yang menempati ruang kelas yang roboh itu sedang melaksanakan ujian akhir semester. Untuk pelaksanaan ujian itu pihak sekolah memindahkannya ke ruangan lain. " Untuk kelas sembilan sedang ujian semester genap. Kemarin sudah terakhir. Kalau kelas yang lain ujian tengah semester dan untuk proses belajar mengajar di pindah ke ruangan lainnya dan di ruangan laboratorium, " kata Tomi, guru setempat.
Diketahui, dari tiga ruang kelas berukuran 63 meter persegi yang atapnya ambruk itu, dua kelas diantaranya ambruk total. Sedangkan satu kelas lainnya hanya roboh sebagian. Kelas yang atapnya ambruk itu dibangun pada tahun 2014. Setahun kemudian, pada 2015, ruang kelas itu dioperasikan. Ruangan kelas ukuran 7 x 9 meter dibangun dari Dana Alokasi Khusu (DAK) sebesar Rp 227 juta. Saat ini, atap yang ambruk itu sudah mulai dibersihkan untuk diperbaiki.
Sekretaris Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Kota Pasuruan, Wasis mengatakan, jika ambruknya atap ruang kelas itu dipastikan tidak akan mengganggu Ujian Nasional (UN) nanti.
" Kalau UN tidak tergganggu. Sebab SMPN 11 itu punya 24 ruangan. Kalau hilang dua, masih punya 22 ruangan lain. Tentunya kejadian ini kita evaluasi. Sedangkan untuk perbaikannya tunggu dana dari DAK. Sebab ini merupakan tanggung jawab pihak sekolah, karena pembangunannya saat itu secara swakelola pihak sekolah, " jelas Wasis. (dul)
No comments:
Post a Comment