SURABAYA - PT Semen Indonesia (Persero) Tbk berusaha terus melakukan inovasi agar harga semen bisa lebih terjangkau. Apalagi hingga saat ini konsumsi semen rakyat Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan negara lain di Asean.
Salah satu yang dilakukan dengan mempertemukan tiga komponen penting yakni sumber atau bahan baku, distribusi dan pasar. Itulah tiga hal ideal agar biaya bisa ditekan dan harga semen bisa terjangkau.
Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Suparni mengungkapkan, untuk melakukan hal itu, Semen Indonesia mencoba untuk lebih dekat dengan sumber atau bahan baku.
“Misalnya, di Tuban untuk melayani kebutuhan Jawa. Semen Tonasa untuk Indonesia Timur. Begitu juga di Padang. Bahkan kini kami kembangkan pabrik di Aceh agar bisa lebih dekat. Sumbernya, distribusinya dan pasarnya saling berdekatan, idealnya begitu,” jelas Suparni saat acara Cangkruan di Kantor PWI Jatim, Rabu (30/03).
Untuk menekan harga semen memang harus menekan ongkos terutama distribusi. SI sendiri mengalokasikan biaya distribusi 10 - 12 persen. “Tidak boleh di atas itu, kalau sudah di atas itu, sudah tidak sehat,” tandas Suparni yang menerima penghargaan Semen Indonesia Sebagai Korporasi Nasional Terbaik dari PWI Jatim itu.
Jalur distribusi ini penting jelas Suparni. Kalau zaman dahulu, membangun pabrik semen, cukup dengan membangun saja. Karena hasil produksinya sudah ada yang mengambil untuk mendistribusikan.
“Tapi kalau sekarang, membangun pabrik harus memikirkan distribusinya, harus memikirkan pasarnya,” tukasnya.
Suparni memberikan contoh, harga semen di Papua. Dulu harga bisa mencapai ratusan ribu bahkan jutaan untuk satu sak semen. Namun kini, dengan dibangunnya packing plan di Sorong, membuat harga semen bisa jauh lebih murah hanya Rp 75 ribu per sak.
“Tapi kalau daerah yang jauh dari pantai harganya agak mahal karena distribusi di Papua tidak bisa lewat jalur darat,” tuturnya.
Ditegaskan Suparni, pihaknya sangat mendukung dikembangkannya infrastruktur untuk memberikan jalur distribusi yang lancar. Karena dengan infrastruktur yang jauh lebih baik, diharapkan industri semen bisa ikut tumbuh pesat.
Karena sejak dua tahun terakhir, industri ini pertumbuhannya melambat. Pada 2013 pertumbuhan mencapai puncak yakni 17,8 persen, pada 2014 sebesar lima persen, namun pada 2015 lalu pertumbuhan hanya satu persen dengan jumlah konsumsi nasional mencapai 62 juta ton.
Pada 2016 ini, konsumsi diprediksi sama 2015 lalu. Sehingga stok semen masih sangat cukup memenuhi permintaan infrastruktur. “Total kapasitas semen sekarang 90 juta ton dari semua perusahaan semen yang ada. Sehingga masih cukup tersedia jika membutuhkan, kita ini over supply,” tandas Suparni.
Untuk Semen Indonesia sendiri, kapasitas saat ini mencapai 29 juta ton ditambah pabrik Thang Long Vietnam sebesar 3 juta ton per tahun. Ditambah lagi akan beroperasinya pabrik di Rembang dan Aceh sehingga pada 2017 mencapai diprediksi kapasitas mencapai 38 juta ton per tahun. End
No comments:
Post a Comment