Dolar Menguat
SURABAYA - Kurs dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena pasar memperkirakan bank sentral AS, Federal Reserve, akan melanjutkan kenaikan suku bunganya tahun ini.
Mengingat peningkatan yang cukup besar di pasar tenaga kerja, para investor percaya bahwa bank sentral AS akan melanjutkan kenaikan suku bunga.
Menurut Xinhua, jumlah penggajian tenaga kerja non pertanian naik 242.000 pada Februari, melampaui ekspektasi pasar, dan tingkat pengangguran tidak berubah pada 4,9 persen, sebut Departemen Tenaga Kerja AS. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,09 persen menjadi 97,190 pada akhir perdagangan.
Pada akhir perdagangan di New York, euro jatuh menjadi 1,1007 dolar AS dari 1,1012 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,4214 dolar AS dari 1,4261 dolar. Dolar Australia turun menjadi 0,7445 dolar AS dari 0,7470 dolar.
Dolar AS dibeli 112,57 yen Jepang, lebih rendah dari 113,28 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9963 franc Swiss dari 0,9952 franc Swiss dan naik tipis menjadi 1,3404 dolar Kanada dari 1,3289 dolar Kanada
Sementara nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore (8/3), bergerak melemah sebesar 57 poin menjadi Rp 13.141 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 13.084 per dolar AS.
"Mata uang di sejumlah negara berkembang, termasuk rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar AS menyusul adanya spekulasi bahwa menguatnya nilai aset di pasar berkembang terlalu cepat mengingat masih berlangsungnya kecemasan atas kesehatan ekonomi Tiongkok dan ekonomi global," kata Kepala riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta.
Secara teknikal, kara dia, fluktuasi mata uang rupiah yang telah mengalami tren penguatan hingga ke level Rp 13.000 per dolar AS juga dimanfaatkan sebagian pelaku pasar uang untuk melakukan aksi ambil untung. Di sisi lain, ia menambahkan bahwa kenaikan harga minyak mentah dunia yang cenderung mulai tertahan menjadi salah satu faktor negatif bagi laju mata uang komoditas, termasuk rupiah. imm
No comments:
Post a Comment