Sunday, 13 March 2016

Alquran Tertua di Asia Tenggara di Pulau Solor

Jalan-jalan ke Kabupaten Alor-Nusa Tenggara Timur (NTT), tak lengkap rasanya bila belum berkunjung ke situs-situs tua yang ada di Alor. Situs-situs tua itu misalnya,  Alquran  yang terbuat dari kulit kayu, masjid peninggalan beberapa abad silam yang ada di Desa Lerabaing, hingga berbagai artefak masuknya Islam di Kabupaten Alor. Yang paling mengesankan adalah Alquran yang terbuat dari kulit kayu dan masjid tua di desa Lerabaing.  Konon menurut kisah orang tua setempat, Alquran yang dibuat dari kulit kayu dengan tulisan tangan itu, adalah peninggalan kesultanan Tarnate ketika mereka membawa Islam masuk ke Kabupaten Alor sekitar tahun 1519 masehi.


Saat ini Alqura  tersebut disimpan oleh Saleh Panggo Gogo yang merupakan generasi ke-13 keturunan Iang Gogo dari kesultanan Tarnate. Demikian pun masjid tua yang merupakan pusat dakwah para pembawa syiar ketika mereka membawa masuk mission Islam di Kabupaten Alor.

Hingga saat ini masjid tua tersebut masih digunakan sebagai tempat ibadah. Masjid tua yang masih berdiri kokoh itu dibangun dengan arsitektur khas Tranate pada tahun 1633 masehi. Takjubnya, masjid yang dibangun itu tak menggunakan peralatan moderen. Antara satu tiang dan tiang bangunan lainnya disambung dengan tidak menggunakan paku atau pen kayu. Antara satu tiang dan tiang lainnya hanya saling mengait. Kendatipun demikian, masjid tua yang dibangun pada tahun 1633 masehi itu tak pernah roboh oleh terpaan angin dan badai hingga hari ini. Masjid tua di Desa Lerabaing Kab Alor yang dibangun pada tahun 1633 M.


 Secara sosiologis, pengaruh masuknya agama Islam dari Tarnate menyebabkan penduduk di pesisir Kabupaten Alor bermayoritas muslim. Konon para pembawa syiar Islam itu masuk ke Alor dengan jalur perdagangan, sehingga sebaran penduduk muslim lebih banyak ada di daerah pesisir. Beda halnya dengan masyarakat di pedalaman yang mayoritas Kristen. Penyebaran Agama Kristen di Alor  melalui missionaris Kristen dari Belanda pada tahun 1908. Para missionaris Belanda ini datang setelah masuknya pengaruh Islam dari Tarnate di daerah pantai. Olehnya itu populasi penduduk yang beragama Kristen lebih banyak di daerah pedalaman, meskipun antara penduduk pesisir dan pedalaman masih terikat oleh hubungan darah dan adat. Dari beberapa sumber yang terhimpun, berdasarkan usianya, peninggalan Alquran yang ada di Alor ini merupakan Alquran tertua di Asia.  Pada Festival Legu Gam di Tarnate pada tahun 2011, Alquran tertua ini didatangkan khusus oleh Sultan Tarnate dari Alor.


Berdasarkan sumber yang saya baca,  Alquran ini dibawa ke Alor Besar pada 1519 Masehi oleh Iang Gogo yang merantau bersama empat saudaranya dengan misi menyebarkan Islam hingga ke Alor.  Saat itu, kitab suci ini dibawa pada masa Kesultanan Babullah V oleh kelima bersaudara dari Ternate dengan menggunakan perahu layar yang menurut riwayat bernama Tuma Ninah yang berarti `Berhenti/Singgah Sebentar'. Bukti nyata dari masuknya Islam dari Tarnate ke Alor ini adalah salah satu Pulau di Alor yang diberi nama pulau Tarnate. Demikian pun terdapat sebuah kampung di desa Illu-Baranusa yang bernama kampung "Maloku". Alor, tak saja menyimpan indahnya pemandangan alam bawah laut nomor dua (2) di dunia setelah laut Karabia, tapi juga menyimpan artefak sejarah dan jejak peradaban Islam yang mengagumkan. Tak lengkap rasanya anda ke NTT, bila belum menyambangi situs-situs tuah yang ada di Kabupaten yang berjuluk kota Kenari itu. (dsb/mas)

No comments:

Post a Comment