JEMBER – Konsolidasi terus dilakukan Bupati Jember dr Faida MMR. Kali ini bupati hadir di tengah-tengah masyarakat Kecamatan Tanggul dalam acara yang dikemas dalam bentuk pengajian Muslimat Nahdlatul Ulama(NU) di Perumahan Tanggul Asri, Desa Tanggul Wetan.
Hadir dalam acara tersebut, Camat Tanggul, Ketua Muslimat Tanggul, sekaligus anggota DPRD Jember, Kepala UPT Wisata Patemon Tanggul Winti, dan sejumlah relawan.
Pada kesempatan itu, Bupati Faida menyatakan bahwa pilkada telah usai, karena itu tidak perlu lagi ada pembedaan antara pendukung paslon 1 dan paslon 2. “Sekarang yang ada hanya warga Jember. Ayo bersama-sama membangun Jember demi pembangunan dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat,” ujar Bupati Faida, dalam sambutannya.
Keberhasilan 22 Janji Kerja, sebagaimana disampaikan saat kampanye Pilkada beberapa waktu lalu, menurut bupati, merupakan tanggung jawab bersama seluruh masyarakat Jember. Artinya, siapapun yang merasa sebagai warga Jember, memiliki tanggung jawab yang sama untuk menyukseskan 22 Janji Kerja tersebut.
“Jangan dengar omongan di luar, sekarang sudah saatnya untuk menyatukan langkah dan mempererat persatuan dan kesatuan, sekarang sudah tidak ada kagi salam satu jari atau dua jari, yang ada salam 3 jari, salam persatuan,” tandas Faida, seraya mengacungkan tiga jarinya ke hadapan peserta pengajian.
Selain menyerukan upaya konsolidasi di tengah tengah masyarakat, Bupati juga menyampaikan program pemerintah yang dipimpinnya. Salah satunya mengatasi problem pendidikan dan kesehatan. Dua bidang ini bakal menjadi program prioritas pemerintahan baru. Bahkan, gerakan grobyokan anak putus sekolah mulai disiapkan.
Bupati Faida, di hadapan warga Muslimat Tanggul yang menggelar agenda rutin tri wulan tersebut, mengajak penggerak Muslimat NU ikut mendata anak putus sekolah untuk dikembalikan hak berpendidikannya.
Bukan hanya ditata lantas difasilitasi untuk bersekolah kembali, anak bersangkutan juga perlu dijamin tentang biaya sekolah gratis seperti janji kerja politiknya. “Kami sudah sampaikan, kepala dinas pendidikan juga sudah siap,” tegasnya.
Selain melakukan grobyokan anak putus sekolah, Faida juga menegaskan sekolah di Jember tanpa pungutan. Dia juga telah memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan untuk menerbitkan surat edaran yang dimaksud. “Tidak boleh lagi sekolah melakukan pungutan. Kami akan memberi sanksi tegas,” ancamnya.
Katanya, tahun ajaran baru ada saja sekolah yang mewajibkan calon siswanya membayar uang seragam dan lain sebagainya. “Padahal menjahit seragam orang tua murid juga bisa memilih di luar,” contohnya.
Ketua Muslimat Tanggul Winti Isnaini, tegas menyambut baik tawaran bupati ikut menggerakkan grobyokan anak putus sekolah. Apalagi, Kecamatan Tanggul memiliki angka putus sekolah yang relatif tinggi. “Terutama mereka yang perempuan. Tamat SD sudah ada yang dikahkan orang tuanya,” ungkapnya.
Selain faktor pernikahan dini, pekerja anak juga menyumbang alasan orang tua tidak melanjutkan sekolah anaknya. “Persolan seperti ini yang butuh penanganan khusus,” tuturnya.
Kata Winti, para aktivis Muslimat bakal menyuarakan dalam setiap dakwahnya bahwa sekolah sangat penting. Selain itu, para tokoh masyarakat dan kiai bakal juga dilibatkan untuk menyadarkan masyarakat akar rumput. “Kami optimis karena petunjuk kiai masih didengar masyarakat kita,” pungkasnya. (hms_jbr/adv)
No comments:
Post a Comment