Saturday, 20 February 2016

Ada Bendera ISIS di Malang

MALANG –Perang melawan ISIS tak boleh berhenti. Tim Densus 88 Mabes Polri terus berpindah-pindah untuk mengejar jejak teroris. Termasuk menyisir rumah Rudi terduga teroris yang ditangkap tadi malam di Desa Ngijo, Karangploso, Malang. Sebelumnya polisi sudah mengacak-acak
rumah Badrodin di perumahan Green Hills dan rumah Ridho di perumahan Griya Permata Alam.
Sabtu (20/2), rumah Rudi yang berada di belakang Kantor Desa Ngijo digeledah tim Densus sekira satu jam. Dari rumah Rudi, Densus menemukan beberapa bukti-bukti seperti stiker dan bendera ISIS, buku-buku terkait radikalisme, gagang senjata laras panjang, dan senjata tajam.

Usai di rumah Rudi, tim bergerak menuju rumah Romli yang berada di Jl. Margojoyo Gg 2 RT 01 RW 02 Dusun Jetis Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
Menurut Kapolres Malang, AKBP Yudho Nugroho, jumlah terduga teroris yang ditangkap Densus lima orang. Mereka diduga terkait aksi terorisme di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat pada 14 Januari lalu. “Ada lima orang ditangkap Densus 88. Ini pengembangan penangkapan sebelumnya,” kata AKBP Yudho Nugroho, Sabtu (20/2).
Menurutnya, tim Densus sudah mengintai kelompok ini sejak lama mulai dari Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur. “Nanti Mabes Polri yang berwenang menerangkan semuanya,” ujarnya.
Polisi tidak sendiri. Di sejumlah tempat polisi menggandeng TNI. Sabtu (20/2), aparat polisi dan TNI menyisir sejumlah tempat yang diduga untuk pelatihan semi militer Jamaah Ansarus Syariah di kawasan lereng Gunung Sumbing, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Petugas juga menyisir lingkungan rumah Suparlan, warga Dusun Jambon, Desa Gandurejo Kecamatan Bulu, Temanggung yang dijadikan tempat transit sejumlah warga yang diamankan di Mapolres Temanggung, dini hari kemarin.
Menurut Boechori, warga Jambon, penyisiran dilakukan sejak pagi hari yang melibatkan ratusan personel TNI dan Polri. Sejumlah personel terlihat membawa senjata api laras panjang dan mengenakan rompi antipeluru.
Petugas naik dari lereng Gunung Sumbing, di wilayah Desa Kecepit, Kecamatan Tembarak yang menjadi wilayah hukum Polsek Tembarak, naik ke jalur pendakian sampai pos satu naik ke sekitar pos dua, kemudian menuju ke lahan milik perhutani Sikendil Wonotirto masuk Desa Gandurejo Kecamatan Bulu.
Penyisiran di sekitar rumah Suparlan tidak ditemukan benda-benda berbahaya. Sejumlah peserta pelatihan mencurigakan di Gunung Sumbing segera diamankan di Mapolres Temanggung, hingga kemarin sore masih menjalani penyidikan. Polisi mengendus keberadaan mereka dari laporan masyarakat.

Soal Teroris, FBI Kecewa Sikap Apple
Sementara dari Amerika Serikat dikabarkan bahwa dunia teknologi belum satu kata dalam memberantas terorisme. Masih ada yang keberatan dengan alasan bisnis. Setidaknya itu terlihat setelah passwordApple ID di iPhone milik salah satu teroris San Bernardino diubah kurang dari 24 jam setelah disita.
Padahal, sebelumnya Apple sudah dipaksa untuk mematuhi tuntutan pengadilan guna meng-unlockiPhone milik teroris di tragedi penembakan San Bernardino tersebut.
Sikap Apple ini membuat Federal Bureau of Investigation (FBI) agen intelijen AS geram. Melalui perintah pengadilan, Apple dipaksa menciptakan cara untuk membobol sistem keamanan ponsel atau backdoor iPhone tersebut. Tetapi, tak lama setelah itu, Apple mengungkapkan bahwa sebenarnya mereka telah bekerja sama dengan pemerintah demi mencari cara untuk meng-unlock ponsel tanpa backdoor.
Menurut laporan Buzz Feed News, Sabtu (20/2), Apple justru menawarkan pemerintah dengan empat cara yang tidak membutuhkan backdoor, salah satunya mencakup masuk backup iCloud ketika terhubung dengan jaringan wifi yang dikenal, termasuk wifi milik teroris.
Apple kemudian mengirim teknisi kepercayaan untuk mencoba metode itu, namun eksekutif mengatakan mereka tak bisa melakukannya. Saat itulah mereka menemukan password Apple ID yang terkait Apple telah diubah. FBI mengklaim ini dilakukan oleh seseorang di San Bernardino Health Department. Ironisnya, Apple sendiri tidak tertarik untuk ikut mengejar teroris.
Mengetahui hal itu, petinggi Apple mengatakan pemerintah seharusnya tak perlu menuntut dirinya membuat backdoor untuk mengakses iPhone yang digunakan Syed Rizwan Farrook, yang meninggal dalam baku tembak dengan petugas, usai melakukan serangan teror di California hingga menewaskan 14 orang.
Padahal, FBI sudah meminta Apple untuk membuka iPhone 5c yang dimiliki Syed Farook. Pasalnya dengan terbukanya iPhone itu, dianggap bisa mengungkap hubungan Farook dan istrinya sebelum terjadi serangan di San Bernardino.
FBI, Badan intelijen AS, juga kecewa kepada Facebook yang terus mengembangkan teknologi enkripsi. Menurut FBI, penggunaan enkripsi di aplikasi media sosial telah mempermudah aksi teroris, khususnya bagi kelompok radikal ISIS. Apple dan Facebook memang menjadi corong pembela hak privasi pengguna layanan mereka. WhatsApp contohnya, Facebook menerapkan teknologi enkripsi end-to-end di WhatsApp, sehingga data pesan pengguna sama sekali tidak berjejak di server.
Sekarang ini banyak platform komunikasi terenkripsi yang kerap disukai teroris. Platform tersebut biasanya bersifat gratis dan mudah digunakan. Beberapa di antaranya seperti WhatsApp, Signal, RedPhone, Wickr, dan Telegram. Platform komunikasi ini mudah dienkripsi dan bisa digunakan tanpa identitas pengirim maupun pengguna. Namun, di antara sekian banyak platform, ISIS diketahui lebih suka menggunakan Telegram.
Telegram merupakan platform pesan singkat yang tidak menyimpan pesan sebagai arsip. Sifat pesan tidak kekal dan bisa berlalu begitu saja. Platform buatan warga Rusia, Pavel Durov, memungkinkan adanya pembuatan “channel” yang bisa digunakan untuk mengirim pesan dan percakapan kelompok sampai lebih dari 200 orang. Pada Oktober lalu, Middle East Media Research Institute (MEMRI) melaporkan jika ISIS dan Al Qaeda telah menciptakan banyak channel di Telegram guna mengamankan komunikasi dan berbagi file secara aman.
“Mereka menggunakan Telegram untuk berbagi info, termasuk tutorial untuk merakit senapan, melancarkan serangan bersenjata, menghubungi penyerang untuk merencanakan target pembunuhan, dan teror di mana saja,” ujar periset dari Memri, M. Khayat. (ok,dt)

No comments:

Post a Comment