Sunday, 21 February 2016

Banyak Yang Jadi PSK Kalijodo karena Dijebak Utang

Seperti halnya kisah-kisah di tempat prostitusi, sebagian pekerja seks komersial (PSK) masuk markas maksiat itu karena dijebak. Salah satunya menjerat calon PSK dengan memberi utang.
KEPOLISIAN kembali mengamankan tujuh penghuni Kawasan Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara. Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Krishna Murti mengatakan, tujuh penghuni itu diamankan sebagai saksi operasi penggerebekan Kalijodo.
Tujuh saksi itu diamankan dari kafe bernama King Star. Mereka di antaranya, kasir, mucikari, dan dua perempuan yang diduga penjaja seks.

“Mereka tujuh orang kami amankan dari kafe bernama King Star milik saudara A. Ada yang bertindak sebagai kasir dan muncikari,” kata Khrisna di Polda Metro Jaya, Jakarta, Minggu (21/2).
Menurut Krishna, saat dilakukan penggerebekan di kafe, terungkap, ternyata di dalam kafe terdapat dua kamar yang letaknya tersembunyi di lantai dua.
Dua kamar ditemukan dalam kondisi lengkap dengan kasur. Selain itu, juga ditemukan alat kontrasepsi dalam kondisi masih baru dan sudah bekas pakai.
Berdasarkan alat bukti itu, polisi menduga kuat kafe itu selama beroperasi menyediakan bisnis esek-esek. Khrisna menambahkan, hal ini merupakan bukti bahwa benar terdapat usaha-usaha ilegal di Kalijodo.
“Kami temukan juga beberapa barang bukti lain, akan dimatangkan dan dilakukan gelar perkara. Dilihat dari lokasi kafe, di lantai dua ada kamar, kasur dan ditemukan alat kontrasepsi sehingga patut diduga ada tindak pidana penyediaan prostitusi di situ,” kata dia.
Krishna juga mengungkapkan, banyak fakta yang ditemukan di Kalijodo. Salah satunya adalah perdagangan perempuan secara paksa dengan modus menjerat mereka dengan utang. “Banyak perempuan didagangkan secara tidak sukarela. Mereka dipaksa melayani orang karena terjerat utang,” katanya.
Menurut Krishna, para perempuan itu, diduga datang ke Jakarta mencari nafkah. Tapi, justru dijerumuskan ke Kalijodo. Krishna yakin, penggerebekan yang dilakukan menjelang penertiban kawasan itu telah membuat para perempuan yang terjebak itu, senang.
“Saya rasa saat ini para PSK senang kami melakukan ini karena mereka terpaksa melakukan pekerjaan itu,” ujarnya.
Krishna mengatakan, penggerebekan merupakan langkah awal untuk menjerat penjebak para perempuan ke ranah hukum. Kepolisian akan mencari siapa pelaku penjebak itu dan polisi telah memiliki data-datanya. “Kami punya laporan intelijen dan data awalnya,” kata dia.
Sebelumnya, Mensos Khofifah Indar Parawansah menduga, para PSK yang bekerja di kafe-kafe Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara, adalah korban ketidakmampuan ekonomi. Namun, Khofifah juga meyakini, beberapa dari mereka merupakan korban dari rentenir, penipuan, hingga perdagangan manusia.
“Ada di antara mereka yang mungkin terjebak utang, utang itu melilit mereka dan memaksa mereka membayarnya dengan cara ini. Ada juga yang dijanjikan karyawan, tapi nyatanya dijerumuskan ke sini,” ujar Khofifah di Kalijodo, Rabu (17/2) lalu.
Karena itu, terkait data para PSK yang diduga ‘terjebak’ di Kalijodo, Khofifah mengaku telah menurunkan tim khusus. “Kita sudah ada tim khusus yang mendata, saya juga sudah berkomunikasi dengan tokoh sini,” jelas dia.
Namun, sampai kemarin Khofifah belum menyebutkan berapa orang di Kalijodo yang menjadi korban dan akhirnya berprofesi sebagai WTS. “Kita masih mendata dan itu harus disurvei dulu.”
Khofifah datang ke Kalijodo bersama rombongan Kemensos untuk menyelamatkan para PSK yang akan digusur. Mereka ditawari dua pilihan penyelamatan, yakni ikut pelatihan keterampilan atau menjadi karyawan di perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dengan Kemensos.
Data yang dihimpun di lokasi, terdapat sekitar 300 PSK di Kalijodo. Namun, menurut catatan Kelurahan Pejagalan, PSK yang aktif di Kalijodo hingga awal Januari 2016 ada 132 orang. “Itu yang kami data setiap harinya tinggal di Kalijodo, namun kan banyak juga PSK yang tak tinggal di Kalijodo,” ujar seorang sumber yang enggan menyebutkan namanya di Kelurahan Pejagakan.
Menurut sumber tersebut, para PSK tersebut tak semuanya yang ingin bekerja sebagai ‘kupu-kupu malam’. Ada beberapa di antara mereka yang dipaksa, terjerumus, ditipu, dan akhirnya terpaksa tetap menjadi PSK. “Mereka banyak juga yang dipaksa, sebab germo di sana kejam pada mereka,” jelas dia.
Namun sejak Senin (15/2) lalu, banyak PSK yang sudah hengkang dari lokasi hiburan malam itu. Mereka ada yang pulang kampung, mengungsi ke tempat teman, atau memilih mengunci diri di kafe-kafe yang jumlahnya 60 tempat itu.

No comments:

Post a Comment