JAKARTA – Ratusan warga Kalijodo ngeluruk gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Aksi mereka dipimpin oleh Razman Nasution yang merupakan pengacara Daeng Aziz, Tamin, Kunarso, Leonard Eko Wahyu Widiatmoko, dan Mohammad Sidik.
Mereka datang dengan menumpang 4 bus pariwisata yang diparkir di depan Gedung DPRD, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (19/2). Tidak terlihat pemilik kafe terbesar di Kaijodo, Daeng Aziz, ikut demo.
Warga yang berdemo terdiri dari pria, wanita dan anak-anak. Mereka menuntut ganti rugi lahan, dan bangunan yang telah mereka tinggali berpuluh tahun itu, yang hendak disulap Gubernur DKI Jakarta untuk ruang terbuka hijau sesuai peruntukannya. “Butuh Keadilan! Mana Suaranya? Keadilan, keadilan!” teriak peserta demo.
Setelah beberapa menit berorasi, Razman dan perwakilan warga masuk ke gedung DPRD untuk menyampaikan aspirasi. Pendemo lainnya menunggu sambil berorasi. Aksi ini mendapat penjagaan ketat puluhan polisi. Lalu lintas dari Jl Kebon Sirih ke arah Kwitang juga agak tersendat.
Di sela-sela aksi tersebut, warga menyebut Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, sebagai tokoh yang tak terhormat. Sosok Gubernur menurut mereka seharusnya sosok yang sopan dan mengayomi warganya. “Kami ingin menyampaikan sesuatu pada Pak Ahok yang tidak terhormat,” kata salah seorang warga Kalijodo bernama Lusi.
Sementara itu, Kuasa hukum warga Kalijodo, Razman Arif Nasution, meminta Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Mohamad Taufik dan Abraham “Lulung” Lunggana untuk turun langsung ke kawasan Kalijodo. Razman meyakini kedua pimpinan DPRD DKI itu dapat membela hak warga Kalijodo.
“Kami harap DPRD turun ke sana (Kalijodo), terutama Pak Lulung dan Pak Taufik, kalian pendekar. Kami yakin bapak bapak berdua berani membela Kalijodo,” kata Razman dalam pertemuan warga Kalijodo dengan pimpinan DPRD DKI, di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jumat (19/2).
Ia mengatakan, warga Kalijodo merasa terintimidasi dengan keberadaan aparat bersenjata di sana. Razman juga meminta pimpinan DPRD DKI untuk berkomunikasi dengan pihak kepolisian. Sebab, kata dia, warga sudah merasa seperti perampok maupun teroris yang gerak-geriknya diawasi aparat bersenjata.
“Mereka mengantar surat (peringatan) menggunakan senjata laras panjang. Warga ini kan mencari nafkah, tidak ada yang menjual diri,” kata Razman.
Selain itu, Razman meyakini kedatangan para pimpinan DPRD DKI ditunggu-tunggu oleh warga. “Kemarin Ahmad Dhani sama Farhat Abbas datang ke Kalijodo, mungkin kapasitasnya karena mau jadi Gubernur. Tapi saya yakin Pak Lulung dan Pak Taufik tidak akan mencari nama popularitas. Yang berdua ini adil sama rakyat,” kata Razman.
Di tempat terpisah, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku, tidak peduli dengan aksi unjuk rasa warga Kalijodo di depan gedung DPRD DKI Jakarta. Menurutnya, demo yang dilakukan tak akan membuat dirinya melunak terhadap masyarakat Kalijodo.
“Terus kalau kalian demo mau apa? Apakah kalau demo lalu saya berikan kavling? Tidak akan,” kata Ahok saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (19/2).
Ahok menjelaskan, dialog dengan warga pun sudah tak diperlukan lagi karena itu sudah tak ada gunanya lagi. Mau berdialog 20 tahun pun menurut dia hasilnya akan sama saja. “Tak apa mau demo, mau dialog dua tahun atau 20 tahun pun sama saja,” kata Ahok.
Ahok tetap berkukuh pada Undang-Undang yang menjelaskan, bahwa tanah negara yang diduduki oleh warga harus diambil alih dan dikembalikan fungsinya. Kalaupun masyarakat tak mau dibayar sebagai kompensasi pengambilalihan bisa dititipkan ke pengadilan.
Penitipan tersebut biasa disebut konsinyasi dan jika sewaktu-waktu warga bersedia diberi kompensasi maka uangnya bisa diambil di pengadilan. “Ini kan tanah negara dan selama rusunnya (untuk menampung) siap maka saya akan terus tertibkan. Saya bertugas melaksanakan konstitusi,” kata Ahok. * kcm, dtk, cni, okz
No comments:
Post a Comment