Banjir dan longsor yang melanda Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, pada Senin (8/2), merupakan yang terparah sejak 20 tahun terakhir.
“Terakhir banjir parah melanda Solok Selatan pada tahun 1995 dan setelah itu tidak ada yang terlalu signifikan dan baru sekarang menimbulkan kerusakan yang cukup parah,” kata Sekretaris Daerah Solok Selatan Yulian Efi di Padang Aro, Selasa.
Dia mengatakan di Sungai Pagu terdapat daerah yang rawan banjir seperti Kampuang Tarandam, tetapi yang kali ini cukup parah.
Biasanya, kata dia, Kampung Tarandam hanya terendam akibat luapan sungai Batang Suliti. Namun pada kali ini justru sungai Batang Bangko yang meluap dan debet airnya jauh lebih besar.
Terkait adanya dugaan pembalakan liar, katanya, saat ini pihaknya masih meninjau dan belum bisa menyimpulkannya.
Sementara itu Warga Sungai Pagu Mul mengatakan, semenjak 40 tahun ia tinggal di sana baru kali ini sungai Batang Bangko meluap hingga membanjiri rumah warga.
Selain itu, katanya, setelah banjir akibat luapan sungai Batang Lolo pada 1995 silam baru kali ini yang cukup parah terjadi.
“1995 memang terjadi banjir besar tetapi karena luapan sungai Batang Lolo bukan batang Bangko,” katanya.
Sebanyak lima kecamatan di Kabupaten Solok Selatan terendam banjir akibat luapan sejumlah sungai besar di daerah itu seusai hujan lebat yang mengguyur sejak Minggu (7/2).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solok Selatan, Editorial menyebutkan lima kecamatan yang terendam banjir itu, yakni Kecamatan Sungai Pagu, Pauh Duo, Sangir, Sangir Jujuan dan Sangir Batang Hari.
Dari lima kecamatan itu, katanya, rumah warga yang paling banyak terendam banjir berada di Sungai Pagu kemudian di Sangir. Seluruh rumah warga yang terendam banjir mencapai 2.000 rumah, yang terbanyak di Sungai Pagu. Sementara di Sangir, daerah Sampu, banjir merendam sekitar 20 rumah warga. Banjir di kecamatan ibukota itu akibat luapan Sungai Batang Sangir dan Batang Liki.
Sedangkan untuk banjir di Sangir Jujuan dan Sangir Batanghari, hanya merendam persawahan warga.
Tim SAR dibantu masyarakat mencari korban tanah longsor di di Jorong Taratak Tinggi, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, menggunakan alas seadanya pada Selasa karena alat berat tidak bisa menjangkau lokasi.
“Alat berat tidak bisa dibawa ke lokasi pencarian korban longsor karena medan yang miring serta lumpur yang mencapai delapan meter,” kata Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solok Selatan, Dalwison, di Padang Aro, Selasa.
Menurut Dalwison, longsoran-longsoran kecil dari Bukit Bulek Sawo Merah itu masih terjadi hingga kini.
Ia menyebutkan, selain menggunakan alat seadanya, tim dari Basarnas, BPBD, Satpol PP, TNI/Polri dan warga juga menggunakan pompa air untuk mencairkan lumpur material longsor yang mulai mengeras.
Pencarian yang melibatkan ratusan orang itu hingga Selasa sore belum menemukan Refan (2 tahun), seorang korban yang masih hilang.
Sementara lima korban tewas yang sudah ditemukan adalah Upik (55 tahun), Nisa (1,5 tahun), Ramli (20 tahun), Si Lin (18 tahun), dan M. Yunus (65 tahun).
Para korban meninggal dunia ini sudah mulai dikebumikan oleh masyarakat setempat.
Pemda juga telah mengungsikan dua keluarga yang berada di dekat lokasi kejadian. “Pengungsian ini untuk menghindarkan mereka dari longsor susulan,” katanya.
Tanah longsor di Solok Selatan itu terjadi pada Senin sekitar pukul 04.00 WIB setelah hujan deras mengguyur.
Solok Selatan merupakan sebuah kabupaten yang berjarak sekitar 135 kilometer dari Kota Padang, pada awal pekan ini dilanda banjir dan tanah longsor. Sekitar 2.000 rumah warga terendam banjir yang datang sekitar pukul 02.00 WIB akibat meluapnya sejumlah sungai.
Derasnya arus sungai yang meluap menyebabkan setidaknya tujuh jembatan rusak tidak bisa digunakan dan memutus akses masyarakat, rumah warga hanyut, sawah terendam, jaringan irigasi dan air bersih rusak. Tidak ada korban jiwa dari peristiwa banjir tersebut.
Tanah longsor terparah terjadi di Taratak Tinggi yang sejauh ini menimbulkan korban jiwa lima orang, satu dalam pencarian dan satu orang lagi dinyatakan selamat.
Hujan juga membuat sejumlah titik jalan nasional terban kendati masih bisa dilewati oleh kendaraan roda empat. Tafsiran BPBD setempat kerugian akibat bencana alam itu sebesar Rp60 miliar.(shm)
No comments:
Post a Comment