Saturday, 13 February 2016

Ciptakan Sistem Pengendali Banjir dengan SMS

Inovasi Mahasiswa Untag Surabaya


Slamet, mahasiswa Teknik Informatika Untag Surabaya
Banjir yang melanda sejumlah daerah di Indonesia, terutama di Jatim tiap musim hujan seperti sekarang ini menginspirasi Slamet dengan membuat Sistem Pengendali Banjir. Dari inovasi tugas akhirnya ini, mahasiswa semester VII, Prodi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya mendapatkan nilai A.

Bukan semata nilai memuaskan yang diharapkan. Lebih dari itu, sistem pengendali banjir yang dibuat bisa diadopsi Dinas Pematusan dan Bina Marga di Surabaya dan daerah lain untuk mendukung sistem kerja rumah pompa. Harapannya agar tidak ada lagi banjir kota yang oleh pejabat sebatas disebut genangan dengan alasan cepat surut.

Ditemui di kampus, Slamet menjelaskan dan juga mempraktekkan penggunaan alat yang dirancangnya. Komponen alat yang ada meliputi sensor ketinggian air dengan empat level yang dipasang di sungai, transformator (travo central tub) yang lebih umum disebut travo kecil penghasil power.

Sistem kerja alat juga dikupas lulusan Sekolah MenengahKejuruan (SMK) Telkom di Malang ini. Arus listrik (AC) dari colokan pada stop kontak masuk ke transformator dan selanjutnya keluar arus DC 12 volt. Arus ini lantas diturunkan ke IC regulator sehingga output stabil 5 volt yang fungsinya menghidupkan micro controller atau processor kecil untuk membuat program.

"Semua inputan dari sensor, tidak ada inputan yang lain. Begitu power masuk maka sistem akan bekerja membaca ketinggian air," mahasiswa kelahiran Lumajang, 2 April 1990 ini menjelaskan.

Semua rangkaian inputan terhubung dengan rangkaian output. Di antaranya, LCD, dua modem, dua pompa yang menyedot air sungai untuk menghindari luapan, komputer atau laptop yang menampilkan report atau grafik ketinggian.

"Tiap level sensor yang ada akan masuk sistem sehingga pada layar LCD menunjukkan pesan singkat. Dari sini operator rumah pompa mengetahui grafik ketinggian air dari pesan singkat maupun komputer. Waktu pengoperasian pompa untuk menyedot air sungai dan mengalirkan ke aliran lain yang tidak berpotensi menimbulkan banjir diatur sistem," terangnya.

Pompa I aktif jika ketinggian air mencapai level 3. Sedangkan pompa II berfungsi ketika permukaan air mencapai level 4. Mahasiswa yang sudah bekerja di salah satu operator seluler ini mulai merealisasikan idenya sejak November 2015 lalu. Dan Januari 2016 akhirnya kelar.


Total biaya Rp2 juta dia habiskan dalam menghasilkan karya. "Semoga sistem ini bisa mendukung pengendalian, pengurangan banjir. Dengan mengetahui potensi, kerugian harta-benda, dan bahkan jatuhnya korban jiwa akibat banjir bisa dihindari," pungkasnya.


Sumber: Biangnews

No comments:

Post a Comment